watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

CALON ISTRI PAMANKU

Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun yang lalu, tapi
setiap kali aku membayangkannya, seolah-olah
baru saja terjadi kemarin peristiwa yang sangat
indah ini.

Aku mempunyai seorang paman yang belum
menikah. Pamanku ini bisa dibilang rada telat
untuk menikah karena waktu itu ia berusia 42
tahun. Hal ini disebabkan karena pamanku adalah
pengusaha kaya tapi ia terlalu cerewet dalam
memilih pendamping hidupnya. Sebenarnya ia
telah banyak diperkenalkan dengan wanita-wanita
muda oleh keluargaku, tetapi tetap ia bilang inilah
itulah, tidak ada yang cocok dengan matanya,
katanya.

Sampai pada suatu saat, ketika aku kebetulan
sedang bertamu ke rumahnya, datang teman
pamanku dengan seorang wanita yang sangat
cantik dan ayu, semampai, langsing, pokoknya
kalau menurut saya, layak dikirim untuk jadi calon
miss universe.
Kemudian kami diperkenalkan dengannya, wanita
itu bernama Ayu, ternyata namanya pas sekali
dengan wajahnya yang memang ayu itu. Ia
berusia 24 tahun dan saat itu ia bekerja sebagai
sekretaris di perusahaan teman pamanku itu.

Kemudian kami bercakap-cakap, ternyata Ayu
memang enak untuk diajak ngobrol. Dan aku
melihat sepertinya pamanku tertarik sekali
dengannya, karena aku tahu matanya tidak
pernah lepas memandang wajah Ayu.
Tapi tidak demikian halnya dengan Ayu. Ia lebih
sering memandangku, terutama ketika aku
berbicara, tatapannya dalam sekali, seolah-olah
dapat menembus pikiranku. Aku mulai berpikir
jangan-jangan Ayu lebih menyukaiku. Tapi aku
tidak dapat berharap banyak, soalnya bukan aku
yang hendak dijodohkan. Tapi aku tetap saja
memandangnya ketika ia sedang berbicara,
kupandangi dari ujung rambut ke kaki,
rambutnya panjang seperti gadis di iklan sampo,
kulitnya putih bersih, kakinya juga putih mulus,
tapi sepertinya dadanya agak rata, tapi aku tidak
terlalu memikirkannya.

Tidak terasa hari sudah mulai malam. Kemudian
sebelum mereka pulang, pamanku mentraktir
mereka makan di sebuah restoran chinese food di
dekat rumahnya di daerah Sunter. Ketika sampai
di restorant tersebut, aku langsung pergi ke WC
dulu karena aku sudah kebelet. Sebelum aku
menutup pintu, tiba-tiba ada tangan yang
menahan pintu tersebut. Ternyata adalah Ayu.
“Eh, ada apa Yu?”
“Enggak, gua pengen kasih kartu nama gua,
besok jangan lupa telpon gua, ada yang mau gua
omongin, oke?”
“Kenapa enggak sekarang aja?”
“Jangan, ada paman elu, pokoknya besok jangan
lupa.”
Setelah acara makan malam itu, aku pun pulang
ke rumah dengan seribu satu pertanyaan di
otakku, apa yang mau diomongin sama Ayu sih.

Tapi aku tidak mau pikir panjang lagi, lagipula
nanti aku bisa-bisa susah tidur, soalnya kan besok
harus masuk kerja.
Besoknya saat istirahat makan siang, aku
meneleponnya dan bertanya langsung padanya.
“Eh, apa sih yang mau elu omongin, gua
penasaran banget?”
“Eee, penasaran ya, Ton?”
“Iya lah, ayo dong buruan!”
“Eh, slow aja lagi, napsu amet sih elu.”
“Baru tahu yah, napsu gua emang tinggi.”
“Napsu yang mana nih?” Ayu sepertinya
memancingku.
“Napsu makan dong, gua kan belum sempat
makan siang!”
Aku sempat emosi juga rasanya, sepertinya ia
tidak tahu aku ini orang yang sangat menghargai
waktu, terutama jam makan siang, soalnya aku
sambil makan dapat sekaligus main internet di
tempat kerjaku, karena saat itu pasti bosku pergi
makan keluar, jadi aku bebas surfing di internet,
gratis lagi.

“Yah udah, gua cuma mau bilang bisa enggak elu
ke apartment gua sore ini abis pulang kerja,
soalnya gua pengen ngobrol banyak sama elu.”
Aku tidak habis pikir, nih orang kenapa tidak
bilang kemarin saja.
Lalu kataku, “Kenapa enggak kemarin aja
bilangnya?”
“Karena gua mau kasih surprise buat elu.”
katanya manja.
“Ala, gitu aja pake surprise segala, yah udah entar
gua ke tempat elu, kira-kira jam 6, alamat elu di
mana?”
Lalu Ayu bilang, “Nih catet yah, apartment XX
(edited), lantai XX (edited), pintu no. XX (edited),
jangan lupa yah!”"Oke deh, tunggu aja nanti,
bye!”
“Bye-bye Ton.”
Setelah telepon terputus, lalu aku mulai
membayangkan apa yang akan dibicarakan, lalu
pikiran nakalku mulai bekerja. Apa bisa aku
menyentuhnya nanti, tetapi langsung aku berpikir
tentang pamanku, bagaimana kalau nanti
ketahuan, pasti tidak enak dengan pamanku. Lalu
aku pun mulai tenggelam dalam kesibukan
pekerjaanku.

Tidak lama pun waktu sudah menunjukkan pukul
17.00, sudah waktunya nih, pikirku. Lalu aku pun
mulai mengendarai motorku ke tempatnya.
Lumayan dekat dari tempat kerjaku di Roxymas.
Sesampainya di sana, aku pun langsung menaiki
lift ke lantai yang diberitahukan. Begitu sampai di
lantai tersebut, aku pun langsung melihatnya
sedang membuka pintu ruanganya.
Langsung saja kutepuk pundaknya, “Hai, baru
sampe yah, Yu..”
Ayu tersentak kaget, “Wah gua kira siapa, pake
tepuk segala.”
“Elu khan kasih surprise buat gua, jadi gua juga
mesti kasih surprise juga buat elu.”
Lalu ia mencubit lenganku, “Nakal elu yah, awas
nanti!”
Kujawab saja, “Siapa takut, emang gua pikirin!”
“Ayo masuk Ton, santai aja, anggap aja rumah
sendiri.” katanya setelah pintunya terbuka.
Ketika aku masuk, aku langsung terpana dengan
apa yang ada di dalamnya, kulihat temboknya
berbeda dengan tembok rumah orang-orang
pada umumnya, temboknya dilukis dengan
gambar-gambar pemandangan di luar negeri. Dia
sepertinya orang yang berjiwa seniman, pikirku.

Tapi hebat juga kalau cuma kerja sebagai
sekretaris mampu menyewa apartment. Jangan-
jangan ini cewek simpanan, pikirku.
Sambil aku berkeliling, Ayu berkata, “Mau minum
apa Ton?”
“Apa saja lah, asal bukan racun.” kataku
bercanda.
“Oh, kalau gitu nanti saya campurin obat tidur
deh.” kata Ayu sambil tertawa.

Sementara ia sedang membuat minuman,
mataku secara tidak sengaja tertuju pada rak
VCD-nya, ketika kulihat satu persatu, ternyata
lebih banyak film yang berbau porno. Aku tidak
sadar ketika ia sudah kembali, tahu-tahu ia
nyeletuk, “Ton, kalo elu mau nonton, setel aja
langsung..!”
Aku tersentak ketika ia ngomong seperti itu, lalu
kubilang, “Apa gua enggak salah denger nih..?”
Lalu katanya, “Kalo elu merasa salah denger, yah
gua setelin aja sekarang deh..!”
Lalu ia pun mengambil sembarang film kemudian
disetelnya. Wah, gila juga nih cewek, pikirku, apa
ia tidak tahu kalau aku ini laki-laki, baru kenal
sehari saja, sudah seberani ini.
“Duduk sini Ton, jangan bengong aja, khan udah
gua bilang anggap aja rumah sendiri..!” kata Ayu
sambil menepuk sofa menyuruhku duduk.

Kemudian aku pun duduk dan nonton di
sampingnya, agak lama kami terdiam
menyaksikan film panas itu, sampai akhirnya aku
pun buka mulut, “Eh Yu, tadi di telpon elu bilang
mau ngomong sesuatu, apa sih yang mau elu
ngomongin..?”
Ayu tidak langsung ngomong, tapi ia kemudian
menggenggam jemariku, aku tidak menyangka
akan tindakannya itu, tapi aku pun tidak berusaha
untuk melepaskannya.
Agak lama kemudian baru ia ngomong, pelan
sekali, “Elu tau Ton, sejak kemarin bertemu,
kayaknya gua merasa pengen menatap elu terus,
ngobrol terus. Ton, gua suka sama elu.”
“Tapi khan kemarin elu dikenalkan ke Paman gua,
apa elu enggak merasa kalo elu itu dijodohin ke
Paman gua, apa elu enggak lihat reaksi Paman
gua ke elu..?”
“Iya, tapi gua enggak mau dijodohin sama
Paman elu, soalnya umurnya aja beda jauh, gua
pikir-pikir, kenapa hari itu bukannya elu aja yang
dijodohin ke gua..?” kata Ayu sambil mendesah.

Aku pun menjawab, “Gua sebenarnya juga suka
sama elu, tapi gua enggak enak sama Paman
gua, entar dikiranya gua kurang ajar sama yang
lebih tua.”
Ayu diam saja, demikian juga aku, sementara itu
film semakin bertambah panas, tapi Ayu tidak
melepaskan genggamannya. Lalu secara tidak
sadar otak pornoku mulai bekerja, soalnya kupikir
sekarang kan tidak ada orang lain ini. Lalu mulai
kuusap-usap tangannya, lalu ia menoleh padaku,
kutatap matanya dalam-dalam, sambil berkata
dengan pelan, “Ayu, gua cinta elu.”
Ia tidak menjawab, tapi memejamkan matanya.

Kupikir ini saatnya, lalu pelan-pelan kukecup
bibirnya sambil lidahku menerobos bertemu
lidahnya. Ayu pun lalu membalasnya sambil
memelukku erat-erat. Tanganku tidak tinggal
diam berusaha untuk meraba-raba buah
dadanya, ternyata agak besar juga, walaupun
tidak sebesar punyanya bintang film porno. Ayu
menggeliat seperti cacing kepanasan, mendesah-
desah menikmati rangsangan yang diterima pada
buah dadanya.

Kemudian aku berusaha membuka satu persatu
kancing bajunya, lalu kuremas-remas payudara
yang masih terbungkus BRA itu.
“Aaahh, buka aja BH-nya Ton, cepat.., oohh..!”
Kucari-cari pengaitnya di belakang, lalu kubuka.
Wah, ternyata lumayan juga, masih padat dan
kencang, walaupun tidak begitu besar. Langsung
kusedot-sedot putingnya seperti anak bayi
kehausan.

kumpulan Cerita Dewasa Lainya, Dapat Anda Lihat & Baca Hanya Di :
www.ceritaindo.sextgem.com

“Esshh.. ouwww.. aduhh.. Ton.. nikmat sekali
lidahmu.., teruss..!”
Setelah bosan dengan payudaranya, lalu kubuka
seluruh pakaiannya sampai bugil total. Ia juga
tidak mau kalah, lalu melepaskan semua yang
kukenakan. Untuk sesaat kami saling
berpandangan mengagumi keindahan masing-
masing. Lalu ia menarik tanganku menuju ke
kamarnya, tapi aku melepaskan pegangannya lalu
menggendongnya dengan kedua tanganku.
“Aouww Ton, kamu romantis sekali..!” katanya
sambil kedua tangannya menggelayut manja
melingkari leherku.

Kemudian kuletakkan Ayu pelan-pelan di atas
ranjangnya, lalu aku menindih tubuhnya dari
atas, untuk sesaat mulut kami saling pagut
memagut dengan mesranya sambil berpelukan
erat. Lalu mulutku mulai turun ke buah dadanya,
kujilat-jilat dengan lembut, Ayu mendesah-desah
nikmat. Tidak lama aku bermain di dadanya,
mulutku pelan-pelan mulai menjilati turun ke
perutnya, Ayu menggeliat kegelian.
“Aduh Ton, elu ngerjain gua yah, awas elu
nanti..!”
“Tapi elu suka khan? Geli-geli nikmat..!”
“Udah ah, jilati aja memek gua Ton..!”
“Oke boss.., siap laksanakan perintah..!”
Langsung saja kubuka paha lebar-lebar, tanpa
menunggu lagi langsung saja kujilat-jilat
klitorisnya yang sebesar kacang kedele. Ayu
menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan liar
seakan-akan tidak mau kalah dengan permainan
lidahku ini.

“Oohh esshh aaouuw uuhh teeruss.., lebih
dalemm, oohh.. nikmat sekali..!”
Agak lama juga aku bermain di klitorisnya
sampai-sampai terlihat banjir di sekitar vaginanya.
“Ton, masukkin aja titit elu ke lobang gua, gua
udah enggak tahan lagi..!”
Dengan segera kuposisikan diriku untuk
menembus kemaluannya, tapi ketika kutekan
ujung penisku, ternyata tidak mau masuk. Aku
baru tahu ternyata dia masih perawan.
“Ayu, apa elu tidak menyesal perawan elu gua
tembus..?”
“Ton, gua rela kalau elu yang ngambil perawan
gua, bagi gua di dunia ini cuma ada kita berdua
aja.”
Tanpa ragu-ragu lagi langsung kutusuk penisku
dengan kuat, rasanya seperti ada sesuatu yang
robek, mungkin itu perawannya, pikirku.

“Aduh sakit Ton, tahan dulu..!” katanya menahan
sakit.

Aku pun diam sejenak, lalu kucium mulutnya
untuk meredakan rasa sakitnya.

Beberapa menit
kemudian ia terangsang lagi, lalu tanpa buang
waktu lagi kutekan pantatku sehingga batang
kemaluanku masuk semuanya ke dalam
lubangnya.
“Pelan-pelan Ton, masih sakit nih..!” katanya
meringis.

Kugoyangkan pinggulku pelan-pelan, lama
kelamaan kulihat dia mulai terangsang lagi. Lalu
gerakanku mulai kupercepat sambil menyedot-
nyedot puting susunya. Kulihat Ayu sangat
menikmati sekali permainan ini.
Tidak lama kemudian ia mengejang, “Ton, aa..
akuu.. mau keluarr.., teruss.. terus.., aahh..!”
Aku pun mulai merasakan hal yang sama, “Yu,
aku juga mau keluar, di dalam atau di luar..?”
“Keluarin di dalem aja Sayang.. ohh.. aahh..!”
katanya sambil kedua pahanya mulai dijepitkan
pada pinggangku dan terus menggoyangkan
pantatnya.

Tiba-tiba dia menjerit histeris, “Oohh.. sshh..
sshh.. sshh..”
Ternyata dia sudah keluar, aku terus menggenjot
pantatku semakin cepat dan keras hingga
menyentuh ke dasar liang senggamanya.
“Sshh.. aahh..” dan, “Aagghh.. crett.. crett..
creet..!”
Kutekan pantatku hingga batang kejantananku
menempel ke dasar liang kenikmatannya, dan
keluarlah spermaku ke dalam liang surganya.

Saat terakhir air maniku keluar, aku pun merasa
lemas. Walaupun dalam keadaan lemas, tidak
kucabut batang kemaluanku dari liangnya,
melainkan menaikkan lagi kedua pahanya hingga
dengan jelas aku dapat melihat bagaimana
rudalku masuk ke dalam sarangnya yang
dikelilingi oleh bulu kemaluannya yang
menggoda. Kubelai bulu-bulu itu sambil sesekali
menyentuh klitorisnya.

“Sshh.. aahh..!” hanya desisan saja yang menjadi
jawaban atas perlakuanku itu.
Setelah itu kami berdua sama-sama lemas. Kami
saling berpelukan selama kira-kira satu jam
sambil meraba-raba.
Lalu ia berkata kepadaku, “Ton, mudah-mudahan
kita bisa bersatu seperti ini Ton, gua sangat
sayang pada elu.”
Aku diam sejenak, lalu kubilang begini, “Gua juga
sayang elu, tapi elu mesti janji tidak boleh
meladeni paman gua kalo dia nyari-nyari elu.”
“Oke boss, siap laksanakan perintah..!” katanya
sambil memelukku lebih erat.

Sejak saat itu, kami menjadi sangat lengket, tiap
malam minggu selalu kami bertingkah seperti
suami istri. Tidak hanya di apartmentnya, kadang
aku datang ke tempat kerjanya dan
melakukannya bersama di WC, tentu saja setelah
semua orang sudah pulang. Kadang ia juga ke
tempat kerjaku untuk minta jatahnya. Katanya
pamanku sudah tidak pernah mencarinya lagi,
soalnya tiap kali Ayu ditelpon, yang
menjawabnya adalah mesin penjawabnya, lalu
tak pernah dibalas Ayu, mungkin akhirnya
pamanku jadi bosan sendiri.

Aku dan ia sering jalan-jalan ke Mal-Mal,
untungnya tidak pernah bertemu dengan
pamanku itu. Sampai saat ini aku masih jalan
bersama, tapi ketika kutanya sampai kapan mau
begini, ia tidak menjawabnya. Aku ingin sekali
menikahinya, tapi sepertinya ia bukan tipe cewek
yang ingin punya keluarga. Tapi lama-lama
kupikir, tidak apalah, yang penting aku dapat
enaknya juga.


Adult | GO HOME | Exit
1/2291
U-ON

inc Powered by Xtgem.com